About Me

Foto saya
Peradaban yang maju dan berkembang selalu berawal dari pesisir. Banggalah sebagai pemuda-pemudi yang berasal dari pesisir, dengan melakukan hal-hal yang berguna bagi agama, bangsa dan negara

Minggu, 14 November 2010

KARAKTERISTIK EKOSISTEM PERAIRAN PAYAU (Estuaria Blanakan, Subang)

KARAKTERISTIK EKOSISTEM PERAIRAN PAYAU
(Studi Kasus : Estuaria Blanakan, Subang)

ABSTRAK

Praktikum kali ini bertujuan agar praktikan dapat menjelaskan dan mendiskripsikan komponen-komponen penyusun ekosistem perairan payau yang terdiri dari berbagai parameter, yaitu: parameter fisika, kimia, dan biologi serta interaksi yang terjadi antarkomponen tersebut. Metode yang dilakukan pada praktikum ini diawali dengan menentukan stasiun pengamatan (pengambilan sampel di lapang), analisis laboratorium (pengukuran terhadap parameter fisika, biologi, dan kimia), dan analisis data. Dari hasil pengukuran didapatkan data kisaran suhu sekitar 28,5-29 oC dengan rataan     28,83 oC; kedalaman rata-rata 61,1 cm dengan kisaran 43-80 cm; nilai kecerahan antara 18,83-21,83 cm dengan rataan 20,22 cm; tipe substrat lumpur yang sangat halus dan bau dengan warna perairan coklat keruh; salinitas 20 ppm; serta nilai pH 7.  Populasi bakau yang paling banyak ditemukan adalah jenis Avicennia, sedangkan Rhizosolenia shrubsolei adalah parameter biologi yang paling banyak ditemukan dari jenis fitoplankton.


PENDAHULUAN

Istilah mangrove sebagai hidupan liar atau tumbuh-tumbuhan berasal dari bahasa Melayu ”manggi-manggi” yaitu jenis mangrove merah dari marga Rhizophora (Murdiyanto dalam Munjilah, 2005). Nybakken dalam Munjilah (2005) mendefinisikan hutan mangrove suatu komoditas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak yang memiliki kemampuan untuk tumbuh di lingkungan laut. Ekosistem hutan mangrove merupakan bagian dari ekosistem estuaria. Odum (1971) menyatakan bahwa ekosistem estuari antara lain muara sungai, teluk, rawa pasang surut, dan rawa-rawa di belakang penghalang. Tumbuhan mangrove yang tumbuh lebat dan bersifat agresif, cepat menyebar, dan menutupi daratan estuaria.
Blanakan adalah wilayah estuaria dan hutan mangrove yang diamati pada praktikum lapang Minggu, 23 November 2008. Terletak di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Perairan Blanakan ini merupakan tempat bermuaranya empat buah sungai, yaitu: Sungai Cimalaya, Sungai Pepetan, Sungai Blanakan, dan Sungai Ciasem. Oleh karena itu, perairan Blanakan berpotensi menjadi tempat masuknya air buangan yang berasal dari aktivitas pertanian tanaman pangan, dan aktivitas perikanan yang meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya tangkap. Di sepanjang pantai perairan Blanakan tersebut terdapat hutan mangrove dari Sungai Cimalaya sampai ke Sungai Ciasem (Prawuri, 2005). 
 Tujuan dari pengamatan ini adalah mengamati karakteristik Estuaria Blanakan serta komponen-komponen penyusunnya. Interaksi yang terjadi pada estuaria berbentuk rantai makanan yang terdiri dari detritus (berperan sebagai produser), mikroorganisme (konsumen I), karnivora (konsumen II), dan yang terakhir adalah bakteri pengurai (detritus) (Wirakusumah,1992).

BAHAN DAN METODE

Alat yang digunakan pada praktikum lapang kali ini antara lain transek kuadrat yang berfungsi membatasi areal yang akan diamati. Cara penggunaannya, letakkan transek kuadrat  pada permukaan air di tiga substasiun secara bergantian. Penentuan letak sampel tiap substasiun dengan cara memilih daerah tepi sebagai substasiun pertama, untuk substasiun kedua digunakan daerah bagian tengah, pada substasiun ketiga digunakan daerah tepi di seberangnya.
Pada tiap substasiun pengambilan sampel dilakukan tiga kali pengulangan. Paralon berskala berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan. Secchi disk berfungsi untuk mengamati kecerahan air. Cara penggunaannya, celupkan ke dalam air hingga tidak terlihat  dan tarik  sampai terlihat kembali. Ember digunakan untuk mengambil air yang  akan disaring dalam plankton net untuk mendapatkan sampel plankton. Termometer berfungsi untuk mengukur suhu air dengan cara mencelupkan dalam air sampai 3/4 bagian atau seluruhnya. Setelah 1 menit angkat sekitar 1/4 – 1/2 bagiannya untuk melihat suhu yang ditunjukkan. Botol film berfungsi sebagai wadah sampel. Plastik berfungsi sebagai wadah sampel seperti nekton dan bentos. Kertas label berfungsi untuk menandai sampel-sampel yang telah diambil di tiga sub stasiun. Saringan halus berfungsi untuk menyaring nekton dengan memasukkan saringan tersebut dalam air,  lalu saring nekton yang berada dalam air. Cutter  berfungsi untuk mengambil perifiton yang menempel pada substrat (bentos). Cara penggunaannya, kerik langsung perifiton yang menempel pada substrat. Spidol permanen berfungsi sebagai alat tulis untuk menandai skala pada paralon dan secchi disk. Karet gelang berfungsi untuk mengikat botol film dengan planktonnet. Kertas pH indikator berfungsi untuk mengukur tingkat pH. Cara penggunaannya, celupkan kertas pH indikator pada air selama kurang lebih 1 menit. Angkat kemudian cocokkan warna kertas indikator dengan literatur. Tali rafia sepanjang 70 m berfungsi untuk membatasi plot saat pengamatan dan penghitungan biota hutan mangrove. Meteran kain digunakan untuk mengukur diameter pohon dan anakan. Plankton net digunakan untuk menyaring plankton yang akan dimasukkan ke dalam botol film. Refraktometer untuk mengukur tingkat salinitas perairan payau. Sampel plankton diambil dari permukaan perairan dengan menggunakan ember, kemudian air disaring dengan planktonnet. Plankton yang didapatkan kemudian ditambah dengan larutan lugol. Bahan yang digunakan antara lain  Aquades 1,5 liter, yang merupakan media pengganti air sungai; formalin, sebagai pengawet organisme; dan lugol untuk mempertahankan struktur sel organisme.

Pengambilan sampel di Lapang
Parameter yang diambil dan diukur adalah parameter fisika yang mencakup warna perairan secara visual; tingkat kecerahan diukur dengan menggunakan secchi disk yang dibenamkan dalam sungai kemudian dilihat kapan secchi disk mulai menghilang dan terlihat kembali; suhu diukur menggunakan termometer; dan kedalaman diukur menggunakan paralon yang telah diberi skala. Parameter kimia yang diukur adalah pH dan salinitas. pH sendiri diukur dengan menggunakan kertas indikator pH sedangkan salinitas diukur menggunakan refraktometer. Parameter biologi yang diambil dan akan diamati yaitu plankton yang diambil menggunakan planktonnet; bentos yang diambil menggunakan paralon yang dibenamkan sampai ke dasar perairan; nekton yang diambil dengan saringan kasar atau saringan halus; dan perifiton diambil dengan cara mengerik substrat yang ada pada dasar perairan seperti batu atau daun dengan cutter. Selain itu, dilakukan juga pengamatan, perhitungan dan pengukuran terhadap komunitas hutan mangrove yang meliputi pengukuran diameter pohon dan anakan, juga perhitungan jumlah pohon, anakan dan semai yang ada dalam plot yang di buat dengan luas 300 m2. Plot dibuat dengan tali rafia dan pengukuran diameter pohon digunakan dengan meteran kain. 
Download selengkapnya di http://anakpesisirtimur.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar